Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul, awalnya dikenal sebagai Putri Kandita, adalah anak dari Raja Prabu Siliwangi dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya, permaisuri kinasih, adalah permaisuri yang paling disayangi oleh Prabu Siliwangi. Putri Kandita memiliki paras cantik melebihi ibunya, membuatnya menjadi putri kesayangan sang raja. 

Namun, kecantikan dan kasih sayang yang dilimpahkan kepadanya menumbuhkan kecemburuan di hati para selir dan putra-putri raja lainnya.

"Mengapa ayah lebih mencintai Kandita? Dia bukan satu-satunya putri di istana ini," bisik seorang selir kepada putra-putrinya, sambil menyusun rencana licik untuk menyingkirkan Kandita dan ibunya.

Satu malam, seorang dukun dipanggil ke istana atas perintah salah satu selir.

"Lakukan apa pun yang diperlukan untuk menyingkirkan mereka," perintah sang selir dengan nada tegas.

Tak lama kemudian, Kandita dan ibunya terserang penyakit yang aneh, yang membuat kulit mereka dipenuhi luka-luka yang tak kunjung sembuh. Prabu Siliwangi, yang tadinya sangat menyayangi mereka, mulai merasa tertekan oleh desakan para selir dan putra-putrinya.

"Mereka membawa sial bagi kerajaan, Baginda. Singkirkan mereka sebelum penyakit ini menyebar ke seluruh istana!" desak seorang putri raja dengan penuh kebencian.

Dengan hati berat, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir Kandita dan ibunya dari istana.

"Ayah, mengapa? Apa salahku?" tangis Kandita saat ia diusir dari tempat yang selama ini ia sebut rumah.

Namun, Prabu Siliwangi hanya bisa menundukkan kepala, merasa bersalah tetapi tak mampu melawan tekanan dari keluarganya yang lain.

Kandita dan ibunya berkelana menuju selatan kerajaan.

"Jangan khawatir, Nak. Kita akan menemukan tempat yang lebih baik," ucap sang ibu dengan suara lemah, meski ia sendiri tahu keadaannya semakin memburuk.

Di tengah perjalanan, ibunya tak mampu lagi melanjutkan perjalanan.

"Ibu... Ibu, bangunlah! Jangan tinggalkan aku," jerit Kandita, namun takdir berkata lain.

Ibunya meninggal dunia di pelukannya, meninggalkan Kandita seorang diri dalam pengembaraannya. Dengan air mata yang terus mengalir, Kandita melanjutkan perjalanannya hingga tiba di sebuah aliran sungai.

"Mungkin ini pertanda dari Tuhan," pikirnya, dan ia pun minum air sungai itu untuk menghilangkan dahaganya.

Tanpa sadar, air itu mulai membersihkan luka-luka di tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" Kandita terkejut melihat lukanya yang mulai menghilang.

Ia pun menyusuri aliran sungai ke arah hulu, hingga menemukan mata air panas yang menyembur deras. Kandita memutuskan untuk berendam di air tersebut.

"Sungguh ajaib, air ini begitu menenangkan," gumamnya sambil merasakan kesejukan yang meresap ke dalam tubuhnya.

Hari demi hari, ia menetap di dekat sumber air panas tersebut, melatih olah kanuragan untuk menguatkan dirinya. Dalam kesendiriannya, Kandita perlahan sembuh dari penyakitnya dan semakin kuat.

Setelah sembuh, Kandita melanjutkan perjalanannya ke arah hilir sungai, hingga tiba di muara yang dekat dengan laut.

"Betapa indahnya tempat ini," pikirnya, terpesona oleh pemandangan laut yang membentang luas di depannya.

Kandita merasa tenang dan damai, seolah tempat ini memanggilnya untuk tinggal.

"Aku akan tinggal di sini, di tepi laut yang tenang ini," ucapnya pada dirinya sendiri.

Kandita pun bermukim di wilayah tepi laut selatan Pakuan Pajajaran. Kecantikannya yang mempesona serta kesaktiannya yang semakin berkembang membuat namanya terkenal hingga ke berbagai kerajaan di pulau Jawa. Banyak pangeran yang mendengar tentang kecantikan dan kekuatannya, datang untuk melamarnya.

Namun, Kandita tidak menerima lamaran dengan mudah.

"Jika kalian ingin menikahiku, kalian harus mengalahkan kesaktianku terlebih dahulu," tantangnya kepada para pelamar. "Dan kalian harus bertempur dengan gelombang laut di pantai selatan ini."

Satu per satu pangeran mencoba, tetapi tak ada yang mampu mengalahkan Kandita.

"Hanya mereka yang layak yang bisa menjadi suamiku," katanya setiap kali seorang pangeran kalah dan harus tunduk menjadi pengiringnya.

Pertempuran demi pertempuran terjadi di sebuah teluk di pantai selatan, dan setiap kali, Kandita berhasil menguasai gelombang laut dengan kekuatannya.

"Kau memang tak tertandingi, Putri Kandita," ucap salah satu pelamar yang akhirnya menyerah.

Karena kekuatannya yang luar biasa dan kemampuannya menguasai gelombang laut, Putri Kandita akhirnya dikenal dengan gelar Ratu Nyi Roro Kidul, yang berarti Ratu Penguasa Pantai Selatan.

"Ini adalah takdirku," pikirnya, memandang luasnya lautan yang sekarang menjadi bagian dari dirinya. "Aku adalah penguasa pantai selatan, dan di sinilah tempatku."

Posting Komentar untuk "Legenda Nyi Roro Kidul"