Sangkuriang | Legenda Tangkuban Perahu
Suatu hari, ketika sedang berburu, Tumang menolak mengikuti perintah Sangkuriang untuk mengejar hewan buruan. Marah, Sangkuriang berteriak, "Tumang! Mengapa kamu tidak mau mengejar hewan buruan itu? Kamu ini anjing atau apa?"
Tumang hanya menunduk tanpa suara, tidak mau bergerak. Karena kesal, Sangkuriang mengusir Tumang ke hutan. "Pergi kau! Jangan kembali lagi!" katanya dengan marah.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu kepada ibunya. "Ibu, Tumang tidak mau menuruti perintahku! Aku sudah mengusirnya!" ujar Sangkuriang.
Dayang Sumbi terkejut dan marah mendengar hal tersebut. "Apa yang telah kau lakukan? Tumang bukan sembarang anjing!" kata Dayang Sumbi dengan nada tinggi. Dalam amarahnya, ia tanpa sengaja memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang sedang dipegangnya. Sangkuriang terluka dan merasa kecewa."Kenapa Ibu memukulku? Aku tidak mengerti!" seru Sangkuriang dengan mata berkaca-kaca. Tanpa menjawab, Dayang Sumbi hanya terdiam menyesal. Sangkuriang yang merasa sakit hati memutuskan untuk pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi menyesali perbuatannya. Ia berdoa dan bertapa dengan tekun, berharap Sangkuriang akan kembali. Para dewa yang terkesan dengan kesetiaannya memberinya hadiah: Dayang Sumbi akan tetap awet muda dan memiliki kecantikan abadi.
Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang kembali ke tanah kelahirannya, yang kini telah berubah. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita cantik, yang ternyata adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita itu, Sangkuriang pun melamarnya. "Nona, maukah engkau menjadi istriku?" tanya Sangkuriang dengan penuh harap.
Dayang Sumbi, yang tidak mengenali Sangkuriang, juga terpesona dengan ketampanannya dan setuju. "Aku akan menerimamu," jawab Dayang Sumbi.
Suatu hari, ketika Sangkuriang meminta izin untuk berburu, ia meminta Dayang Sumbi merapikan ikat kepalanya. Saat itulah, Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. "Luka ini... mengapa terlihat sangat mirip dengan luka anakku yang hilang?" gumam Dayang Sumbi dalam hati.
Ketika ia menyadari bahwa Sangkuriang adalah anaknya sendiri, Dayang Sumbi menjadi sangat ketakutan. "Ini tidak boleh terjadi," pikirnya. Maka, ia mencari cara untuk menggagalkan pernikahan tersebut. "Jika engkau ingin menikahiku, penuhi dua syaratku," kata Dayang Sumbi kemudian. "Bendunglah Sungai Citarum dan buatlah sebuah sampan besar untuk menyeberanginya. Semuanya harus selesai sebelum fajar."
Sangkuriang menyetujui syarat tersebut dan menggunakan kesaktiannya untuk memanggil makhluk gaib agar membantu. Dayang Sumbi, yang khawatir Sangkuriang akan berhasil, memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Melihat warna merah yang menyala di langit, Sangkuriang mengira hari telah pagi."Ah, fajar sudah tiba!" seru Sangkuriang dengan marah karena menyangka bahwa usahanya telah gagal. Dalam kemarahan, ia menjebol bendungan yang telah dibangunnya, menyebabkan banjir besar melanda kota. Ia pun menendang sampan besar yang dibuatnya, hingga melayang dan jatuh menjadi gunung yang kini dikenal sebagai "Tangkuban Perahu."
Posting Komentar untuk "Sangkuriang | Legenda Tangkuban Perahu"