Manik Angkeran
Ayah Manik Angkeran: "Anakku, sadarlah bahwa judi itu akan menghancurkan segalanya. Sudah berapa kali aku menasihatimu?"
Manik Angkeran: "Ayah, aku tahu apa yang kulakukan. Jangan khawatir, aku bisa mengurus diri sendiri."
Namun, Manik Angkeran tidak peduli dengan nasihat ayahnya. Hampir setiap hari, ia menghabiskan waktu di tempat sabung ayam, dan setelahnya ia melanjutkan dengan berjudi kartu.
Ayah Manik Angkeran: "Jika kau tidak mau menghentikan kebiasaan judimu, lebih baik kau pergi dari rumah ini!"
Manik Angkeran (sambil tersenyum sinis): "Baiklah, Ayah, kalau itu yang kau mau."
Karena kebiasaan berjudi sudah mendarah daging, ancaman sekeras apapun tidak pernah didengar oleh Manik. Semua perkataan ayahnya hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Merasa gagal mendidik dan tidak mampu menyadarkan Manik, Empu Sidhi Mandra akhirnya menitipkan putranya kepada seorang Brahmana bernama Dangeang Nirata, yang juga dikenal sebagai Pedanda Bau Rauh. Manik Angkeran pun menjadi anak asuh Brahmana tersebut.Brahmana Dangeang Nirata: "Anakku, aku tahu kau punya potensi besar. Tapi kau harus meninggalkan kebiasaan burukmu. Mulai hari ini, kamu harus melakukan tapa. Bertobatlah kepada Sang Dewata agar kamu bisa berhenti berjudi."
Manik Angkeran (dengan nada ragu): "Baik, Guru. Aku akan mencoba."
Manik Angkeran mulai melakukan tapa di sebuah Pura Gua yang terletak di sebelah kiri bagian depan Pura Besakih, sesuai anjuran Brahmana. Konon, lubang Pura Gua di Pura Besakih terhubung langsung dengan lubang Pura Gua Lawa di Klungkung.
Pada hari pertama, Manik Angkeran masih dapat memusatkan perhatiannya sepenuhnya pada tapa. Namun, pada hari ketiga, ia mendapat firasat bahwa ia akan bertemu dengan seekor naga.
Manik Angkeran (dalam hati): "Hmm, aku akan meminta ajian kepada naga yang menghuni Pura Gua ini agar aku bisa selalu menang dalam berjudi."
Ia semakin khusyuk dalam semadinya, berharap keinginannya dapat segera terkabul. Tiba-tiba, naga yang dikenal sebagai Naga Besukih muncul di hadapan Manik Angkeran. Manik terkejut, keringat dingin mengucur dari tubuhnya, dan ia menggigil ketakutan.
Naga Besukih: "Jangan takut, aku datang untuk menemuimu. Permintaanmu untuk mendapatkan ajian akan kukabulkan."
Manik Angkeran (dengan rasa lega): "Terima kasih, Naga Besukih."
Manik Angkeran segera pulang dengan rasa senang. Berbekal ajian tersebut, Manik kembali ke gelanggang perjudian.
Manik Angkeran: "Aku tantang kalian! Siapa yang berani melawanku?"
Ternyata, Manik Angkeran selalu menang. Namun, ia belum puas dan berniat menguasai tempat perjudian tersebut. Untuk mewujudkan keinginannya, Manik kembali bertapa di Pura Gua Besakih.
Tidak lama kemudian, Naga Besukih muncul lagi menemui Manik Angkeran.
Naga Besukih: "Permintaanmu kukabulkan."
Betapa senangnya hati Manik Angkeran. Saat Naga Besukih perlahan-lahan masuk kembali ke gua, Manik melihat ekor naga tersebut yang terbuat dari emas berlian. Karena keserakahannya, Manik berniat mengambil ekor Naga Besukih.
Manik Angkeran (dalam hati): "Aku akan kaya raya jika mendapatkan ekor Naga Besukih ini."
Dengan cepat, Manik memotong ekor Naga Besukih dan melarikan diri meninggalkan Pura Gua. Menyadari ekornya dipotong oleh Manik Angkeran, Naga Besukih berusaha mengejarnya. Namun, karena tubuhnya besar, larinya lambat. Akhirnya, Naga Besukih mematuk pijakan kaki Manik Angkeran. Seketika itu juga, Manik Angkeran meninggal.Karena Manik Angkeran tak kunjung pulang, Brahmana Dangeang Nirata mencarinya hingga ke Pura Gua Besakih. Di sana, Naga Besukih menjelaskan bahwa ia telah membunuh Manik Angkeran karena memotong ekornya.
Naga Besukih: "Aku tidak tahu kalau dia adalah anak asuhmu, Brahmana. Aku minta maaf dan bersedia menghidupkannya kembali."
Brahmana Dangeang Nirata: "Aku juga minta maaf atas perbuatannya. Aku akan mengembalikan ekormu."
Setelah dihidupkan kembali, Manik Angkeran akhirnya sadar dan bertobat.
Manik Angkeran: "Terima kasih, Guru. Aku sekarang sadar akan kesalahanku dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi."
Pesan Moral: Sifat tamak atau serakah adalah sifat yang sangat buruk. Keserakahan bisa membuat seseorang celaka dan mendapat balasan yang setimpal.
Posting Komentar untuk "Manik Angkeran"