Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Roro Jonggrang | Legenda Candi Prambanan

Alkisah, di zaman dahulu kala, berdirilah sebuah kerajaan besar bernama Prambanan. Rakyatnya hidup dengan tenteram dan damai. Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama. Suatu hari, Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh Kerajaan Pengging. Kedamaian dan ketenteraman Prambanan pun sirna. Pasukan Kerajaan Prambanan tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging yang sangat kuat. Akhirnya, Prambanan jatuh ke tangan Pengging dan dipimpin oleh seorang bernama Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso terkenal sebagai pemimpin yang kejam. Ia memerintah dengan tangan besi dan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman berat kepada siapa pun yang berani menentangnya.

"Siapa pun yang tidak menuruti perintahku, akan menerima hukuman berat!" ancam Bandung Bondowoso kepada rakyatnya.

Namun, Bandung Bondowoso juga dikenal sebagai orang yang sakti dan memiliki pasukan jin. Tak lama setelah berkuasa, Bandung Bondowoso tertarik pada kecantikan Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang jelita.

"Cantik sekali putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso.

Keesokan harinya, Bandung Bondowoso mendekati Roro Jonggrang dengan niat untuk melamarnya.

"Kau sangat cantik, maukah kau menjadi permaisuriku?" tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.

Roro Jonggrang terkejut mendengar lamaran tersebut.

Dalam hatinya ia bergumam, "Laki-laki ini lancang sekali! Baru bertemu sudah ingin menjadikanku permaisurinya."

Roro Jonggrang merasa bingung. Jika ia menolak, Bandung Bondowoso pasti akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Namun, ia juga tidak mungkin menerima lamaran itu karena ia tidak menyukai Bandung Bondowoso.

"Bagaimana, Roro Jonggrang?" desak Bandung Bondowoso.

Roro Jonggrang akhirnya mendapatkan ide untuk menunda lamaran itu.

"Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," jawab Roro Jonggrang.

"Apa syaratnya? Apakah kau menginginkan harta yang berlimpah? Atau istana yang megah?" tanya Bandung Bondowoso.

"Bukan itu, Tuanku," jawab Roro Jonggrang. "Saya ingin Tuan membuatkan sebuah candi, dan jumlahnya harus seribu buah."

"Seribu buah?" seru Bandung Bondowoso, terkejut.

"Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam," tambah Roro Jonggrang.

Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang dengan tajam. Bibirnya bergetar menahan amarah. Namun, ia segera berpikir bagaimana caranya untuk membuat seribu candi dalam waktu semalam. Akhirnya, ia memutuskan untuk meminta bantuan pasukan jinnya.

"Saya yakin, Tuanku bisa membuat seribu candi dengan bantuan jin!" usul penasihatnya.

"Benar juga usulmu! Siapkan peralatan yang kubutuhkan!" perintah Bandung Bondowoso.

Setelah semua persiapan selesai, Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu dengan kedua lengan dibentangkan lebar-lebar.

"Pasukan jin, bantulah aku!" teriaknya dengan suara menggelegar.

Tak lama kemudian, langit menjadi gelap dan angin berhembus kencang. Sekejap saja, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.

"Apa yang harus kami lakukan, Tuanku?" tanya pemimpin jin.

"Bantu aku membangun seribu candi," perintah Bandung Bondowoso.

Para jin segera bekerja, membangun candi-candi dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat, hampir seribu candi telah berdiri.

Sementara itu, Roro Jonggrang yang mengamati dari kejauhan menjadi cemas melihat betapa cepatnya jin-jin itu bekerja.

"Bagaimana ini? Mereka hampir selesai," pikir Roro Jonggrang cemas.

Ia segera mencari akal untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang memerintahkan para dayang istana untuk mengumpulkan jerami dan membakarnya.

"Cepat, bakar semua jerami itu!" perintah Roro Jonggrang.

Sementara itu, beberapa dayang lainnya diminta untuk menumbuk lesung, menciptakan suara seperti ayam berkokok. Dengan segera, warna merah memancar ke langit dan suara hiruk pikuk mengiringinya, seolah-olah fajar sudah menyingsing.

Para jin yang melihat kejadian itu mengira bahwa matahari akan segera terbit.

"Wah, matahari akan terbit!" seru salah satu jin.

"Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita hangus terbakar matahari!" sambung jin yang lain.

Mendengar itu, para jin segera berhamburan pergi meninggalkan pekerjaan mereka. Bandung Bondowoso hanya bisa terdiam melihat pasukannya pergi dengan kepanikan.

Keesokan paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi.

"Candi yang kau minta sudah berdiri," kata Bandung Bondowoso dengan bangga.

Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu satu per satu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah.

"Jumlahnya kurang satu!" seru Roro Jonggrang. "Berarti Tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan."

Bandung Bondowoso sangat terkejut mendengar kekurangan itu. Ia sangat marah.

"Tidak mungkin...," geramnya sambil menatap Roro Jonggrang dengan tajam. "Kalau begitu, kau saja yang melengkapinya!"

Dengan kekuatan sihirnya, Bandung Bondowoso mengarahkan jarinya kepada Roro Jonggrang. Seketika itu juga, Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu.

Sampai saat ini, candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah, dikenal dengan nama Candi Roro Jonggrang.

Posting Komentar untuk "Roro Jonggrang | Legenda Candi Prambanan"