Lutung Kasarung
Alkisah, pada zaman dahulu kala di Tatar Pasundan, berdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bijaksana bernama Prabu Tapa Agung. Prabu Tapa Agung memiliki dua putri yang cantik, Putri Sulung bernama Purbararang dan Putri Bungsu bernama Purbasari. Suatu hari, Prabu Tapa Agung memutuskan untuk menunjuk Purbasari sebagai penggantinya.
"Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta. Purbasari, aku ingin kamu menjadi ratu selanjutnya," kata Prabu Tapa sambil menatap putri bungsunya dengan lembut.
Purbasari terkejut, "Ayahanda, mengapa aku? Bukankah Kak Purbararang lebih pantas?"
Prabu Tapa tersenyum, "Kamu memiliki hati yang lembut dan bijaksana. Itulah yang dibutuhkan untuk memimpin kerajaan ini."
Namun, Purbararang, kakak Purbasari, tidak setuju dengan keputusan tersebut.
"Ayahanda, ini tidak adil! Aku putri sulung, seharusnya aku yang menggantikan Ayah!" gerutu Purbararang kepada tunangannya, Indrajaya.
Indrajaya mengangguk setuju, "Kamu benar, Purbararang. Kita harus melakukan sesuatu agar kamu mendapatkan tahta itu."
Purbararang yang merasa geram, berniat mencelakakan adiknya. Ia pun menemui seorang nenek sihir untuk mengutuk Purbasari.
"Aku butuh bantuanmu. Kutuklah adikku agar dia tidak bisa menjadi ratu," pinta Purbararang dengan wajah penuh amarah.
Nenek sihir itu tertawa kecil, "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi ingat, ada harga yang harus dibayar."
Setelah mantra dilafalkan, kulit Purbasari tiba-tiba menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang akhirnya memiliki alasan untuk mengusir adiknya.
"Lihatlah, kulitnya menjadi hitam dan jelek! Orang seperti dia tidak pantas menjadi seorang ratu!" seru Purbararang di hadapan rakyat.
Purbararang kemudian memerintahkan seorang patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan.
"Bawa dia jauh ke dalam hutan dan jangan biarkan dia kembali!" perintah Purbararang dengan tegas.
Patih tersebut, meskipun enggan, tetap mematuhi perintah.
Setibanya di hutan, patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari.
"Tabahlah, Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir. Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri," ujar patih tersebut dengan suara penuh simpati.
"Terima kasih, Paman. Aku akan berusaha tabah," jawab Purbasari dengan senyum lembut.
Selama di hutan, Purbasari mendapatkan banyak teman dari kalangan hewan-hewan yang selalu bersikap baik padanya. Di antara mereka, ada seekor kera berbulu hitam yang misterius, Lutung Kasarung, yang paling perhatian padanya. Lutung Kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan membawakan bunga-bunga indah dan buah-buahan bersama teman-temannya.Suatu hari, Purbasari berbicara dengan Lutung Kasarung, "Kamu sangat baik padaku, Lutung. Siapakah sebenarnya kamu?"
Lutung Kasarung hanya tersenyum dan mengangguk, tetap menyimpan rahasia tentang jati dirinya.
Pada malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia pergi ke tempat yang sepi dan bersemedi, memohon sesuatu kepada Dewata.
"Aku mohon, Dewata, berikan kesembuhan kepada Purbasari," bisiknya dalam hati.
Tak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan muncullah sebuah telaga kecil dengan air yang sangat jernih dan harum, mengandung obat.
Keesokan harinya, Lutung Kasarung mengajak Purbasari untuk mandi di telaga tersebut.
"Mengapa aku harus mandi di sini, Lutung?" tanya Purbasari penasaran.
Lutung Kasarung hanya memberi isyarat agar Purbasari menuruti sarannya.
Tertarik dan merasa yakin dengan Lutung, Purbasari pun menceburkan dirinya ke dalam telaga. Tak lama setelah ia berendam, kulitnya kembali menjadi bersih dan cantik seperti semula. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika melihat bayangannya di telaga."Kulitku… telah kembali seperti semula!" seru Purbasari dengan penuh kebahagiaan.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat keadaan adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya, Indrajaya, dan para pengawal.
"Aku ingin melihat apakah adikku masih hidup di hutan," ujar Purbararang dengan nada sinis.
Ketika sampai di hutan, ia sangat terkejut melihat adiknya telah kembali seperti semula.
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa kulitmu kembali seperti semula?" teriak Purbararang tidak percaya.
Tidak ingin kehilangan muka, Purbararang mengajak Purbasari berlomba panjang rambut."Siapa yang rambutnya paling panjang, dialah yang menang!" kata Purbararang dengan nada menantang.
Awalnya, Purbasari enggan, tetapi setelah didesak, ia pun menyetujui tantangan kakaknya. Ternyata, rambut Purbasari lebih panjang daripada rambut Purbararang.
"Tidak! Ini tidak mungkin!" jerit Purbararang yang semakin marah.
"Baiklah, aku kalah. Tapi sekarang kita adu ketampanan tunangan kita. Ini tunanganku," katanya sambil menunjukkan Indrajaya.
Purbasari menjadi gelisah dan bingung. Akhirnya, ia melirik dan menarik tangan Lutung Kasarung.
"Lutung, aku tidak punya pilihan lain. Maukah kamu menjadi tunanganku?" bisik Purbasari penuh harap.
Lutung Kasarung melonjak-lonjak, seakan ingin menenangkan Purbasari.
Purbararang tertawa terbahak-bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu?"
Namun, seketika itu juga, Lutung Kasarung segera bersemedi. Terjadi keajaiban: Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pemuda tampan, bahkan lebih tampan dari Indrajaya. Semua yang hadir terkejut dan bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahan dan kesalahannya selama ini."Aku… aku minta maaf, Purbasari. Aku telah berbuat salah padamu. Tolong, jangan hukum aku," pinta Purbararang dengan suara penuh penyesalan.
Purbasari yang baik hati memaafkan kakaknya, "Aku memaafkanmu, Kak. Marilah kita kembali ke istana dan memulai semuanya dari awal."
Setelah kejadian itu, mereka semua kembali ke istana. Purbasari akhirnya menjadi seorang ratu yang bijaksana, didampingi oleh pemuda yang menjadi dambaan hatinya, yang selama ini ternyata adalah Lutung Kasarung dalam wujud kera hitam.
Posting Komentar untuk "Lutung Kasarung"