Keong Emas
Dahulu kala, di Kerajaan Daha, hiduplah seorang raja bernama Kertamarta yang memiliki dua putri cantik, Dewi Galuh dan Candra Kirana. Candra Kirana telah ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati, putra mahkota dari Kerajaan Kahuripan, yang terkenal baik dan bijaksana. Namun, rasa cemburu merasuk dalam hati Galuh Ajeng, saudara kandung Candra Kirana. Ia jatuh hati pada Raden Inu dan bertekad merebutnya.
Dalam usahanya, Galuh Ajeng menemui seorang nenek sihir untuk mengutuk Candra Kirana. Dengan kejam, ia memfitnah Candra Kirana hingga sang putri diusir dari istana.
Galuh Ajeng dengan wajah penuh iri, “Nenek, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Saudariku, Candra Kirana, telah menghancurkan hatiku dengan bertunangan dengan Raden Inu. Aku ingin kau menghukumnya!”
Nenek Sihir tertawa jahat, “Ah, jadi kau ingin menghancurkan kebahagiaannya? Aku bisa mengutuknya menjadi sesuatu yang tidak akan dikenali orang. Tapi, ini akan membawamu ke jalan yang gelap, siapkah kau menerima akibatnya?”
Galuh Ajeng dengan suara tegas menjawab, “Aku tak peduli dengan akibatnya! Aku hanya ingin dia menderita!”
Nenek Sihir membalas, “Baiklah, dia akan menjadi keong emas yang tak berdaya, dan hanya bisa kembali jika bertemu dengan tunangannya. Tapi ingat, kejahatan selalu membawa kutukan yang lebih besar pada akhirnya.”
Saat Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihir muncul dan menyihirnya menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke laut.
Di desa terpencil, seorang nenek tua sedang mencari ikan dengan jala. Tanpa disadari, Keong Emas terjaring dan dibawa pulang olehnya. Nenek itu menaruh Keong Emas di tempayan. Keesokan harinya, nenek tersebut mencari ikan lagi, tetapi tak ada satu pun yang tertangkap. Saat pulang, ia terkejut melihat makanan lezat sudah tersedia di gubuknya.Nenek pun bertanya-tanya, “Siapa yang memasak semua ini? Aku tak melihat seorang pun di sini. Apakah ini kerjaan roh halus? Tapi, kenapa makanannya begitu lezat?”
Setiap hari, kejadian ini berulang, hingga suatu pagi, nenek berpura-pura pergi ke laut, tetapi sebenarnya ia mengintip dari kejauhan. Betapa terkejutnya ia saat melihat Keong Emas berubah menjadi gadis cantik yang segera memasak di dapurnya.
Nenek mendekati gadis itu dan bertanya, “Siapakah kamu, putri yang cantik?”“Nenek, aku adalah Candra Kirana, putri dari Kerajaan Daha. Saudariku yang cemburu menyihirku menjadi keong emas. Setiap malam aku berubah kembali menjadi diriku yang asli, tapi di siang hari, aku kembali menjadi keong.” jawab gadis itu.
Setelah itu, Candra Kirana kembali berubah menjadi Keong Emas di hadapan nenek.
Nenek dengan suara terkejut dan penuh simpati berkata, “Oh, anakku yang malang! Bagaimana kau bisa hidup seperti ini? Tapi jangan khawatir, aku akan menjagamu dengan baik di sini.”
Sementara itu, Raden Inu Kertapati tak tinggal diam ketika mengetahui Candra Kirana menghilang. Ia menyamar sebagai rakyat biasa dan berkelana mencari tunangannya. Namun, nenek sihir, yang mengetahui pencariannya, berubah menjadi burung gagak untuk menyesatkannya. Raden Inu terkejut saat bertemu burung gagak yang bisa berbicara dan menganggap burung itu sakti.
Burung Gagak berbicara dengan suara serak, “Wahai pemuda, ke mana tujuanmu? Apa yang kau cari di hutan ini?”
Raden Inu menjawab dengan curiga namun hormat, “Aku mencari tunanganku, Candra Kirana, yang telah hilang. Siapakah kau, wahai burung gagak yang dapat berbicara?”
Burung Gagak membalas,"Aku tahu di mana dia berada. Ikuti arah yang kuberikan, dan kau akan menemukannya.”
Raden Inu dengan senyum kecil menjawab, “Terima kasih, burung gagak. Aku akan mengikutimu, meskipun hatiku merasa ada sesuatu yang ganjil.”
Burung gagak pun memberinya arah yang salah.
Di tengah perjalanan, Raden Inu bertemu seorang kakek tua yang kelaparan. Dengan hati yang baik, Raden Inu memberi makan kakek itu.
Kakek Tua:
“Kebaikanmu sungguh luar biasa, anak muda. Tidak banyak orang yang mau berbagi seperti ini. Apa yang kau cari di hutan ini?”
Raden Inu menjawab dengan rasa hormat, “Aku mencari tunanganku yang telah hilang. Aku diberi petunjuk oleh seekor burung gagak, tetapi aku merasa ada yang salah.”
Kakek Tua membalas dengan suara bijak, “Burung gagak itu adalah jelmaan dari nenek sihir yang jahat. Aku akan membantumu. Ikuti aku, dan kita akan menghadapinya.”
Tanpa disangka, kakek tersebut adalah orang sakti. Ia menolong Raden Inu dengan memukul burung gagak dengan tongkatnya, hingga burung itu berubah menjadi asap. Sang kakek kemudian memberitahu Raden Inu di mana Candra Kirana berada dan menyuruhnya pergi ke Desa Dadapan.
Setelah perjalanan panjang, Raden Inu tiba di Desa Dadapan. Dengan perasaan haus dan lelah, ia mendekati sebuah gubuk untuk meminta air. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat tunangannya dari balik jendela, sedang memasak di dapur.
Raden Inu dengan wajah penuh haru, “Candra Kirana, ini benar-benar kamu! Aku telah mencarimu ke mana-mana. Akhirnya kita bertemu kembali.”
Candra Kirana dengan air mata mengalir di pipinya, “Raden Inu, aku tidak pernah berhenti berharap untuk bisa bertemu denganmu lagi. Kutukan ini akhirnya berakhir karena cintamu.”
Dengan pertemuan itu, sihir pun lenyap, dan Candra Kirana kembali ke wujud aslinya. Saat itu, nenek pemilik gubuk muncul, dan Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu padanya.
Nenek tersenyum lembut, merasa bahagia untuk mereka berdua, “Ini adalah mukjizat yang indah. Kalian berdua ditakdirkan untuk bersama. Aku senang bisa menjadi bagian kecil dari cerita kalian.”
Raden Inu kemudian membawa Candra Kirana kembali ke istana. Di sana, Candra Kirana menceritakan perbuatan jahat Galuh Ajeng kepada Raja Kertamarta. Sang raja, yang merasa bersalah, meminta maaf kepada Candra Kirana.
Raja Kertamarta dengan nada menyesal berkata, “Candra Kirana, putriku, maafkan ayah yang telah mempercayai fitnah itu. Kau tidak layak diperlakukan seperti ini.”
Candra Kirana menjawab dengan suara lembut, “Ayahanda, tidak apa-apa. Aku sudah memaafkan semuanya. Yang penting sekarang, kita bisa bersama lagi.”
Sebaliknya, Galuh Ajeng mendapat hukuman yang setimpal.Galuh Ajeng, “Aku hanya ingin menjadi yang terbaik, tapi lihat apa yang terjadi pada diriku sekarang…”
Karena ketakutan, Galuh Ajeng melarikan diri ke hutan, tetapi malang, ia terjatuh ke dalam jurang dan tewas.
Akhirnya, pernikahan Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati dilangsungkan dengan meriah. Mereka juga mengundang nenek dari Desa Dadapan yang baik hati ke istana, dan mereka semua hidup bahagia selamanya.
Posting Komentar untuk "Keong Emas"