Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karang Bolong

Dahulu kala, terdapat Kesultanan Kartasura yang tengah diliputi kesedihan mendalam karena Permaisuri tercinta jatuh sakit parah. Pangeran telah memanggil berbagai tabib untuk menyembuhkannya, namun tak ada satu pun yang berhasil. Hari demi hari, tubuh Permaisuri semakin kurus, hingga tampak hanya tulang terbalut kulit. Kesultanan Kartasura dilanda kecemasan, dan roda pemerintahan pun tidak berjalan sebagaimana mestinya.

"Hamba sarankan agar Tuanku mencari tempat sepi untuk memohon kepada Sang Maha Agung agar mendapat petunjuk guna kesembuhan Permaisuri," kata penasihat istana.

Mendengarkan saran tersebut, Pangeran Kartasura melakukan tapa. Godaan demi godaan berhasil ia lalui hingga suatu malam, sebuah suara gaib terdengar.

"Hentikanlah semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itu Permaisuri akan sembuh."

Pangeran segera kembali ke istana dan bertanya pada penasihat istana tentang makna suara gaib tersebut.

"Pantai Selatan sangat luas, namun hamba yakin yang dimaksud suara gaib adalah wilayah Karang Bolong, tempat yang banyak terdapat gua karang dan bunga karang," jawab penasihat dengan keyakinan.

Keesokan harinya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti memilih dua pengiring setianya, Sanglar dan Sanglur, untuk menemaninya. Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di Karang Bolong. Di dalam gua, Adipati Surti segera melakukan tapa. Beberapa hari berlalu, hingga terdengar suara seorang gadis.

"Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi kau harus memenuhi persyaratanku."

Adipati Surti membuka mata dan melihat seorang gadis cantik seperti Dewi Kahyangan. Gadis itu bernama Suryawati, abdi Nyi Loro Kidul, penguasa Laut Selatan.

Suryawati mengajukan syarat: Adipati harus bersedia tinggal di Pantai Selatan bersamanya. Setelah lama berpikir, Adipati Surti menyanggupi. Suryawati kemudian mengulurkan tangan, mengajak Adipati Surti menuju tempat bunga karang. Ketika menerima uluran tangan Suryawati, Adipati merasa hanya raga halusnya yang terbang, sementara raga kasarnya tetap bersemedi.

"Itulah bunga karang yang dapat menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati sambil menunjuk sarang burung walet.

Jika diolah, sarang burung walet ini akan menjadi ramuan dengan khasiat luar biasa. Adipati Surti segera mengambil cukup banyak sarang burung walet dan kembali ke tempatnya bersemedi. Setelah raga halusnya kembali, ia mengajak kedua pengiringnya pulang ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat gembira dengan keberhasilan Adipati Surti.

"Cepat buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran kepada abdinya.

Setelah beberapa hari meminum ramuan tersebut, Permaisuri sembuh dan kembali segar seperti sedia kala. Suasana di Kesultanan Kartasura pun kembali ceria. Namun, di tengah kegembiraan itu, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak ingin mengingkari janji, maka ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan ingin menjaga dan mendiami Karang Bolong yang banyak sarang burung waletnya. Kepergiannya diiringi isak tangis para abdi istana, karena Adipati Surti adalah sosok yang baik hati dan rendah hati.

Adipati Surti mengajak Sanglar dan Sanglur untuk ikut bersamanya. Setelah berpikir sejenak, keduanya memutuskan untuk ikut. Setibanya di Karang Bolong, mereka membangun sebuah rumah sederhana. Setelah selesai, Adipati Surti kembali bersemedi dan memisahkan raga halusnya.

"Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti setelah melihat Suryawati di hadapannya.

Adipati Surti dan Suryawati akhirnya menikah dan hidup bahagia di Karang Bolong. Mereka mendapatkan penghasilan yang tinggi dari sarang burung walet, yang semakin hari semakin banyak dicari orang. Demikianlah, kesetiaan dan ketulusan hati membawa Adipati Surti pada kebahagiaan sejati bersama Suryawati.

Posting Komentar untuk "Karang Bolong"