Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legenda Naga dan Tuan Tapa di Tapaktuan

Dahulu kala, menurut legenda, hiduplah sepasang naga, jantan dan betina, di daerah yang kini dikenal sebagai Teluk Tapaktuan. Mereka berasal dari negeri Cina dan diusir oleh raja karena tidak memiliki keturunan. Siang dan malam mereka berdoa dengan harapan memiliki seorang anak. Suatu hari, doa mereka terkabul ketika mereka menemukan seorang bayi perempuan yang hanyut terapung-apung di tengah lautan.

"Akhirnya, impian kita terkabul!" seru naga betina dengan mata berbinar.

"Ya, bayi ini adalah jawaban dari doa-doa kita," sahut naga jantan sambil menggendong bayi perempuan itu dengan lembut. Mereka memberinya nama Putri Bungsu dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.


Hari demi hari berlalu, dan bayi perempuan itu tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik. Suatu hari, kedua orang tua kandung Putri Bungsu, yang berasal dari Kerajaan Asralanoka di pesisir India Selatan, datang untuk mencari anak mereka yang hilang 17 tahun lalu.

"Anak kami! Di mana anak kami?" teriak raja saat bertemu dengan naga.

Putri Bungsu yang mendengar keributan itu keluar dan melihat kedua orang tuanya. "Siapa mereka?" tanya Putri Bungsu kebingungan.

"Mereka adalah orang tuamu," jawab naga jantan dengan berat hati.

Ketika raja dan ratu meminta kembali putri mereka, naga jantan segera menolak. "Putri Bungsu adalah anak kami! Kami menemukannya dan merawatnya selama ini."

"Tapi dia adalah darah daging kami! Kami tidak akan pergi tanpa Putri Bungsu!" bentak raja dengan marah.

Di tengah pertengkaran itu, muncul seorang pertapa bijaksana bernama Tuan Tapa dari tempat semedinya di Goa Kalam. Ia mendekati kedua belah pihak dengan tenang.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Tuan Tapa dengan suara lembut namun tegas.

"Kami hanya ingin anak kami kembali," kata ratu dengan air mata mengalir di pipinya.

"Dan kami tidak akan menyerahkannya begitu saja!" jawab naga betina dengan suara bergetar marah.

Tuan Tapa menatap naga dengan tatapan penuh pengertian. "Naga, kembalikanlah Putri Bungsu kepada orang tuanya yang sebenarnya. Ini adalah takdirnya."

Naga jantan menggeram, "Kami tidak akan menyerah tanpa perlawanan! Jika kau bersikeras, kita selesaikan ini dengan duel!"

Tuan Tapa mengangguk. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan."

Pertarungan sengit pun terjadi antara Tuan Tapa dan sepasang naga. Tuan Tapa mengayunkan tongkatnya dengan penuh kekuatan, sementara naga jantan dan betina melancarkan serangan balik dengan semburan api mereka. Akhirnya, dengan satu pukulan yang kuat, Tuan Tapa berhasil mengalahkan naga jantan.

"Aaaaargh!" teriak naga jantan saat tongkat Tuan Tapa menghantamnya dengan keras. Naga jantan jatuh ke tanah dan mati seketika.

Naga betina, yang ketakutan dan melihat pasangannya tewas, memutuskan untuk melarikan diri. "Aku akan membalas ini suatu hari nanti!" teriaknya sambil terbang menjauh, memporak-porandakan segala sesuatu di sepanjang perjalanannya. Ia membelah sebuah pulau di daerah Bakongan, yang kini dikenal sebagai Pulau Dua, dan menghancurkan sebuah pulau besar lainnya hingga terpecah menjadi 99 pulau kecil yang kini dikenal sebagai Pulau Banyak di Aceh Singkil.

Setelah pertarungan berakhir, Tuan Tapa mendekati Putri Bungsu dan berkata dengan lembut, "Kini kau bisa kembali kepada orang tuamu. Mereka telah mencarimu selama ini."

Putri Bungsu menatap Tuan Tapa dan kemudian memandang ke arah kedua orang tuanya. "Apakah kalian benar-benar orang tuaku?" tanya Putri Bungsu dengan suara bergetar.

"Ya, Putri Bungsu. Kami adalah orang tuamu yang telah kehilanganmu bertahun-tahun lalu," jawab raja dengan air mata kebahagiaan.

Putri Bungsu akhirnya mengerti dan memeluk orang tuanya. "Terima kasih, Tuan Tapa. Aku sangat bersyukur," ucapnya.

Posting Komentar untuk "Legenda Naga dan Tuan Tapa di Tapaktuan"